Blunder Taktik Aji Santoso Berujung Petaka, Indonesia Berakhir Antiklimaks

Kekalahan Telak dari Republik Korea Memastikan Kegagalan Indonesia Melaju Ke Putaran Final AFC U-23 2016 sumber: bolaindo.com
Kekalahan Telak dari Korea Selatan  Memastikan Kegagalan Indonesia Melaju Ke Putaran Final AFC U-23 2016
sumber: bolaindo.com

Pertandingan antara Korea Selatan U-22 melawan Indonesia U-22 merupakan laga penentu juara Grup H Kualifikasi Piala Asia U-23 2016. Sama-sama berhasil meraih kemenangan pada dua laga sebelumnya, Korea Selatan lebih unggul dalam produktivitas gol dari Indonesia. Sehingga, Garuda Muda membutuhkan kemenangan untuk bisa memastikan lolos secara otomatis ke putaran final di Qatar tahun depan.

Aji Santoso menggunakan skema yang berbeda dari laga sebelumnya, dengan menurunkan Zulfiandi yang menggantikan Hendra Adi Bayauw untuk memperkuat lini tengah bersama Adam Alis dan Paulo Sitanggang. Selain itu, Muchlis Hadi dan Abduh Lestaluhu juga kembali menjadi starter menggantikan Antoni Putro dan Andik Rendika.

Sementara Macan Putih masih menggunakan skema yang sama, namun melakukan banyak perombakan skuat. Shin Tae Yong menurunkan sembilan pemain berbeda dari laga sebelumnya. Hanya kapten Yeon Jeimin dan Lee Chandong yang tidak digantikan.

Skema formasi dan pergerakan pemain Korea Selatan U-22 melawan Indonesia U-22
Skema formasi dan pergerakan pemain Korea Selatan U-22 melawan Indonesia U-22

Pressing tinggi Korea Selatan
Sejak awal laga, Korea Selatan langsung menerapkan pressing tinggi di lini pertahanan Indonesia. Pressing yang dilakukan Korea Selatan ini terorganisir dengan sangat baik, satu unit secara kolektif. Kedua gelandang sayap ikut merapat ke tengah dan memberikan ruang kepada kedua bek sayap untuk naik ke depan.

Seluruh pemain tengah juga ikut naik, termasuk kedua bek tengah yang menerapkan garis pertahanan tinggi guna meminimalisir lubang yang terbentuk. Pressing tinggi ini terlihat dari jumlah tekel yang dilakukan lini tengah dan depan Macan Putih yang melebih lini belakangnya, yakni mencapai 18 kali dari total 28 tekel pada babak pertama.

Pressing tinggi Korea Selatan di lini pertahanan Indonesia
Pressing tinggi Korea Selatan di lini pertahanan Indonesia

Meskipun demikian, Indonesia masih berhasil lepas dari pressing yang diberikan oleh Korea Selatan karena memiliki teknik individu yang baik. Lini tengah Indonesia beberapa kali mampu lolos dari hadangan lawan dengan kecepatan dan kemampuan dribbling yang mereka miliki. Adam Alis bersama Ahmad Nufiandani menjadi pemain terbanyak di laga itu yang berhasil melewati pemain lawan pada babak pertama, yaitu masing-masing sebanyak tiga kali.

Buruknya ritme permainan Indonesia
Ketika berhasil lepas dari pressing Korea Selatan, Indonesia justru terlalu terburu-buru dalam membangun serangan. Garuda Muda sangat buruk dalam mengontrol tempo dan ritme permainan. Pada babak pertama, hanya sebesar 79% dari seluruh umpan yang dilepaskan Indonesia berhasil tepat sasaran. Selain itu, Garuda Muda juga terlalu sering kehilangan bola yakni sebanyak 26 kali.

Buruknya serangan Indonesia dikarenakan tidak adanya pemain yang menjadi penghubung ke lini depan sebagai agen transisi. Sehingga lini tengah Garuda Muda terpaksa melepaskan umpan-umpan panjang langsung ke sayap, terutama ke Ilham Udin yang berada di sisi kiri. Sedangkan Muchlis Hadi terjebak dalam situasi 2-lawan-1 akibat pengawalan ketat kedua bek tengah Korea Selatan. Muchlis Hadi tercatat kehilangan bola sebanyak empat kali pada babak pertama.

Lebarnya jarak antar lini Indonesia
Indonesia bermain kurang proaktif dengan tidak memberikan pressing ke depan dan menumpuk banyak pemainnya di belakang. Hal ini justru menciptakan jarak antara lini tengah dan lini depan menjadi sangat lebar, akibat Muchlis Hadi yang cenderung menunggu dan tidak ikut turun serta Ilham Udin dan Nufiandani yang statis di sisi lapangan.

Jarak antar lini tersebut memberikan Korea Selatan lebih banyak waktu dan ruang untuk menguasai bola dalam membangun serangan. Korea Selatan melalui double pivot bersama kedua bek sayap dengan leluasa mengalirkan bola dan melepaskan umpan-umpan silang berbahaya ke kotak penalti Indonesia. Keempat pemain tersebut berhasil melepaskan 10 dari 18 umpan silang yang dilakukan Macan Putih sepanjang pertandingan.

Double pivot Korea Selatan dengan leluasa menguasai bola tanpa pressing dari Indonesia
Double pivot Korea Selatan dengan leluasa menguasai bola tanpa pressing dari Indonesia

Skema inipun membuahkan gol bagi Korea Selatan pada menit ke-52. Berawal dari umpan silang di sisi kiri, Jung Seunghyun berhasil melesakkan bola liar dari buruknya antisipasi M. Natshir dalam memotong bola.

Blunder perubahan taktik Indonesia

Perubahan skema Indonesia menjadi 4-2-3-1; Pressing di lini pertahanan Korea Selatan tidak diikuti barisan belakang Indonesia, sehingga menghasilkan lubang besar di depannya
Perubahan skema Indonesia menjadi 4-2-3-1; Pressing di lini pertahanan Korea Selatan tidak diikuti barisan belakang Indonesia, sehingga menghasilkan lubang besar di depannya

Tertinggal satu gol memaksa Aji Santoso mengubah skema permainan Indonesia menjadi lebih proaktif dalam menekan. Antoni Putra masuk menggantikan Muchlis Hadi sebagai penyerang tunggal. Sedangkan Adam Alis ditarik keluar digantikan Evan Dimas yang bermain sebagai transisi penghubung lini tengah ke depan. Pergantiaan ini mengubah skema formasi Indonesia menjadi 4-2-3-1, dengan Paulo Sitanggang dan Zulfiandi sebagai double pivot yang ikut naik dan menekan hingga ke sepertiga lapangan akhir.

Gol kedua Korea Selatan; L Chandong dan L Yeongjae berhasil memanfaatkan lubang di depan barisan pertahanan Indonesia melalui skema umpan satu-dua
Gol kedua Korea Selatan; L Chandong dan L Yeongjae berhasil memanfaatkan lubang di depan barisan pertahanan Indonesia melalui skema umpan satu-dua

Sayangnya, pressing yang diberikan Garuda Muda tidak berjalan dengan baik, tidak satu unit secara kolektif. Para pemain belakang Indonesia bermain terlalu jauh ke dalam dan tidak ikut menekan ke depan, akibat telah kelelahan dalam menerima gempuran Korea Selatan sebelumnya.

Gol keempat Korea Selatan; Melalui skema serangan balik, L Changmin dengan bebas mengeksploitasi lubang di depan barisan pertahanan Indonesia untuk melakukan tembakan jarak jauh
Gol keempat Korea Selatan; Melalui skema serangan balik, L Changmin dengan bebas mengeksploitasi lubang di depan barisan pertahanan Indonesia untuk melakukan tembakan jarak jauh

Jarak antar lini yang begitu lebar ini menciptakan lubang besar di depan barisan pertahanan Indonesia. Korea Selatan berhasil memanfaatkan situasi ini dengan mengeksploitasi lubang tersebut untuk menciptakan gol tambahan.

Man of the Match: Lee Changmin
Selain menciptakan gol spektakuler di penghujung laga, Lee Changmin merupakan kunci penting dalam kemenangan telak empat gol tanpa balas Korea Selatan atas tuan rumah Indonesia. Ia merupakan roh permainan dari negeri Gingseng.

Lee Changmin dengan leluasa menguasai bola, mendikte permainan dan membangun serangan dari belakang. Ia melepaskan umpan sebanyak 104 kali, dengan persentase keberhasilan mencapai 83%. Ia juga tercatat berhasil melesakkan umpan silang sebanyak tujuh kali. Kedua jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dari seluruh pemain di laga tersebut.

Selain itu, ia juga sangat disiplin dalam melakukan pressing dan menjadi dinding pertama dari lini pertahanan Korea Selatan. Lee Changmin tercatat sebagai pemain terbanyak yang melakukan percobaan tekel yaitu sebanyak 10 kali.

klik pada gambar untuk memperbesar
klik pada gambar untuk memperbesar

Kesalahan strategi Aji Santoso
Korea Selatan yang sejak awal laga menerapkan sistem pressing tinggi berhasil membuat Indonesia panik dalam mengontrol bola dan mendikte ritme permainan. Aji Santoso justru memilih bermain layaknya tim medioker – bermain aman dengan menumpuk banyak pemain di belakang dan melakukan umpan-umpan panjang langsung ke depan yang tidak pasti. Kontras jika dibandingkan dengan Indra Sjafri yang secara terang-terangan bermain ‘sombong’ dengan berani mengambil inisiatif permainan dan melakukan tekanan sepanjang laga saat Indonesia U-19 melawan Korea Selatan U-19 pada Kualifikasi Piala Asia U-19 2014 dua tahun silam.

Perubahan taktik yang dilakukan setelah tertinggal satu gol pun menjadi blunder berbuah petaka yang berakhir antiklimaks. Garuda Muda yang telah kelelahan menahan gempuran Macan Putih dua pertiga laga justru dipaksa bermain lebih terbuka. Hilangnya konsentrasi dalam situasi ‘panik’ mengakibatkan buruknya manajemen antar lini, sehingga menghasilkan lubang di lini pertahanan Indonesia yang berhasil dimanfaatkan Korea Selatan untuk menambah gol. Indonesia pun dipermalukan di rumah sendiri dan gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-23 2016 di Qatar.

***

Oleh Adhitya Warman

@warmanadhitya

One response to “Blunder Taktik Aji Santoso Berujung Petaka, Indonesia Berakhir Antiklimaks

  1. Sering memberikan umpan langsung ke penyerang tengah dari lini tengah dengan bola2 daerah,hasilnya mati kutu…kalah kecepatan & kalah body.Kedua sayap timnas tidak greget…beda dg timnas19 dulu dimana Ilhamudin & Maldini bergerak aktif sehingga membuat beberapa umpan silang yg berhasil dimanfaatkan oleh 2nd line kita (Evan Dimas) dg baik. Intinya, terlalu frontal/drastis menggantikan pola skema timnas19 dg timnas U23 sekarang. Kebiasaan buruk PSSI diulangi terus menerus dg cara….rombak total…buat tim baru…kalah lagi…bongkar lagi…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.