Atlético Madrid, Raja Set-Piece La Liga 2014-15

Oleh Dzulfiqar Diyananda – @fiqarpivot7

Atlético Madrid mengawali musim kompetisi La Liga 2014-15 dengan kehilangan beberapa pemain andalannya. Di bawah kendali Diego Simeone, Los Rojiblancos kehilangan top scorer tim Diego Costa, kiper peraih penghargaan El Zamora Thibaut Courtois, juga bek kiri andal Felipe Luis, yang kesemuanya hijrah ke Chelsea. Ketiga pemain tersebut menjadi bagian penting dalam keberhasilan Atlético merajai La Liga musim 2013-14. Selain itu, mereka juga kehilangan David Villa yang pindah ke New York City FC.

Dengan misi mempertahankan gelar juara, Diego Simone kemudian mendatangkan beberapa pemain anyar, diantaranya striker Kroasia, Mario Mandzukic; sayap lincah Prancis, Antoine Griezman; penyerang Italia, Alessio Cerci; dan kiper asal Slovenia, Jan Oblak. Di jeda paruh musim, Atlético berhasil memulangkan El Niño, pemain pujaan Stadion Vicente Calderon, Fernando Torres.

Perombakan skuat tentunya berpengaruh terhadap gaya bermain Gabi Garcia cs. di musim 2014/2015. Di akhir musim, Atlético hanya berhasil menduduki peringkat ke-3 di bawah Barcelona dan Real Madrid dengan koleksi 78 poin, hasil dari 23 kemenangan dan 9 hasil imbang. Dalam hal produktivitas gol, Atlético berada di peringkat ke-5 dengan capaian 67 gol dari 38 pertandingan.

Dari torehan gol tersebut, muncul catatan unik yang dibukukan Atlético dalam hal proses sebelum terciptanya gol. Ya, Atlético musim 2014-15 dapat dikatakan sebagai tim yang memiliki kekuatan menonjol dalam situasi bola mati. Dari statistik yang dirilis whoscored.com, Atlético merupakan tim yang paling banyak mencetak gol dari situasi set piece. Berikut data selengkapnya.

Selain menjadi tim dengan jumlah gol dari situasi set piece terbanyak, Atlético juga menjadi satu-satunya tim di La Liga 2014-15 yang gol dari situasi set piece lebih banyak daripada gol dari situasi permainan terbuka (open play). Jika dikelompokkan berdasarkan persentase, gol dari set piece Atlético mencapai 45%, sementara gol dari open play hanya 43%. Sisanya, 7% dicetak dari titik penalti, 3% dari gol bunuh diri lawan, dan hanya 2% dari skema serangan balik.

Ada dua faktor utama yang mendorong Diego Simeone memanfaatkan eksekusi bola mati sebagai “senjata” dalam mencetak gol bagi Atlético di musim 2014-15, yakni:

• Di La Liga musim 2014-15, banyak klub yang mulai bermain dengan karakter bertahan menghadapi Atlético, mengingat mereka menyandang status juara musim 2013-14, juga menjadi finalis Liga Champion di musim yang sama. Hal ini memacu Diego Simone untuk membuat variasi taktik untuk membongkar pertahanan lawan.
• Atlético memang pada dasarnya memang memiliki pemain dengan kemampuan yang baik dalam situasi bola mati. Diego Godin, Miranda, Tiago, dan Mandzukic, merupakan pemain berpostur tinggi yang dapat diandalkan dalam situasi set piece. Sebagai eksekutor, ada Jorge Resurección “Koke” Meródio dan Gabi García yang piawai mengambil bola mati.

  

Walaupun gagal mempertahankan gelar La Liga, Diego Simone setidaknya berhasil membuat Atlético Madrid cukup adaptif dalam taktik maupun strategi untuk tetap kompetitif diantara skuad mahal Barcelona dan Real Madrid. Bahkan, di musim 2014-15, Atlético berhasil menang 2 kali atas Real Madrid, saat bermain di kandang dan saat tandang. Presentase 45% mencetak gol dari situasi set piece menjadi salah satu bentuk adaptif dari strategi Simeone dengan situasi dan kondisi kompetisi La Liga.

Berikut video cuplikan gol Atlético Madrid Musim 2014-2015 yang berasal dari situasi bola mati (set piece).