Peran Vital Asnawi Mangkualam di Indonesia U-22

sumber: bolasport.com

Oleh Feri Patriyadi

Pecinta sepak bola tanah air kembali berbahagia setelah tim nasional (timnas) Indonesia U-22 berhasil merengkuh gelar juara di ajang Piala AFF U-22. Kemenangan 2-1 atas Thailand U-22 di partai puncak yang diselenggarakan di Olympic National Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (26/2) membawa tim asuhan Indra Sjafri ke podium juara. Sempat tertinggal terlebih dahulu oleh Saringkarn Prosumpa, Garuda Muda langsung bangkit dan membalikkan kedudukan lewat gol Sani Rizki Fauzi dan Osvaldo Haay.

Gelar AFF U-22 ini semakin mengukuhkan potensi Indonesia di turnamen kelompok usia wilayah Asia Tenggara. Tahun lalu, skuat U-16 besutan Fachry Husaini lebih dulu mengangkat trofi juara di Sidoarjo. Bagi Indra Sjafri, gelar ini merupakan yang kedua setelah pada 2013 lalu berhasil memenangkan Piala AFF U-19, juga di Sidoarjo.

sumber: bolasport.com

Dua gelar di turnamen kelompok usia semakin menunjukkan kepiawaian Indra Sjafri dalam menemukan, mengolah, dan memaksimalkan bakat dan potensi pemain muda nasional. Bahkan, beberapa pemain yang dulu sempat dilatih kini menjadi andalan di timnas senior. Pemberlakuan regulasi yang mewajibkan klub-klub memainkan pemain muda di kompetisi lokal beberapa tahun lalu, serta mulai bergulirnya kompetisi usia dini, cukup membantu coach Indra untuk menyusun komposisi timnya.

Saat membesut timnas U-19 dulu, pelatih asal Batang Kapas, Sumatera Barat ini berhasil mengorbitkan sejumlah pemain, diantaranya Evan Dimas Darmono, Hansamu Yama, dan Zulfiandi. Kini, di kelompok U-22, Indra Sjafri mengandalkan Marinus Wanewar, Osvaldo Haay, dan Asnawi Mangkualam. Nama yang disebut terakhir cukup mencuri perhatian di Piala AFF U-22 lalu.

Lahir di Makassar pada 4 Oktober 1999, Asnawi meniti seniornya bersama Persiba Balikpapan di tahun 2016. Ia juga pernah berseragam timnas di kelompok usia U-17 dan U-19 sejak tahun 2014 hingga 2018. Posisi natural Asnawi adalah gelandang bertahan. Namun, kejelian Indra Sjafri dalam mengeluarkan potensi terbaik pemain muda “memaksa” Asnawi untuk bermain di posisi full back kanan.

sumber: bolasport.com

Peran anyar tersebut pertama kali dijalani Asnawi di tahun 2018 dalam sejumlah laga persahabatan, hingga turnamen AFF U-19. Secara teknis dan praktis, peran gelandang bertahan dan full back memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Defensive midfielder diharuskan mengatur tempo permainan, menjaga keseimbangan tim saat bertahan atau menyerang, dan menjadi pusat distribusi bola. Sementara full back  menuntut mobilitas dan keaktifan pemain menjelajahi sisi lapangan.

Di Piala AFF U-22 2019 lalu, Asnawi adalah salah satu dari tiga pemain yang selalu bermain penuh. Ketahanan fisik yang prima membuatnya tidak tergantikan di 5 laga, bersama dengan Osvaldo Haay dan M. Luthfi Kamal Baharsyah.

Statistik bertahan Asnawi tergolong sangat baik, di mana ia mencatat 10 intersep dan 12 tekel sukses. Kedua angka tersebut merupakan yang tertinggi kedua di tim, yang secara berturut-turut berada di bawah catatan Nurhidayat Haji Haris (12) dan Osvaldo Haay (13).

Dari sisi serangan, Asnawi tercatat berhasil melewati lawan dengan dribbling sebanyak 15 kali. Angka tersebut adalah yang tertinggi di tim, melampaui catatan pemain sayap lain seperti Billy Keraf (2) dan Witan Sulaeman (2). Selain itu, Asnawi juga tercatat 4 kali menciptakan peluang bagi rekan-rekannya.

Memilik rapor statistik positif dalam pertahanan dan penyerangan membuktikan peran vital Asnawi dalam tim. Dalam sepak bola modern, kemampuan bertahan dan menyerang yang seimbang menjadi nilai tambah tersendiri bagi seorang pemain. Hal tersebut menjadi alasan Indra Sjafri untuk terus mengandalkan Asnawi di pos bek kanan.

Kini, pecinta sepak bola nasional berharap Asnawi dapat konsisten tampil apik di posisi barunya, baik bersama klub maupun saat mengenakan seragam timnas. Setidaknya, sektor bek kanan timnas yang kerap dipandang minim stok, kini memiliki opsi tambahan dengan kualitas yang cukup terbukti. Tambahan jam terbang bagi Asnawi akan semakin mengasah kemampuan dan pengalamannya untuk bermain di level yang lebih tinggi.

 

*Penulis merupakan eks-team analyst Barito Putera di kompetisi Liga 1 2017 dan 2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.