Sepak Bola (juga) Milik Peneliti

Oleh Roesanggit Prabu@roesanggit

listadosdotcl
sumber: listados.cl

Ada anggapan bahwa sepak bola adalah “bahasa universal.” Sepak bola memiliki kemampuan untuk menghubungkan jutaan orang dari berbagai negara di dunia. Salah satu alasan sepak bola bisa menjadi “bahasa universal” adalah karena ada banyak sekali orang maupun pihak yang terlibat dalam cabang olah raga sepak bola, mulai dari pelaku, pengamat, hingga sekedar penikmat. Taraf keterlibatan pun beragam. Sebagian bahkan bisa dibilang sudah merasa memiliki sepak bola itu sendiri.

Tidak hanya para pemain yang berlaga di pertandingan resmi yang memiliki sepak bola. Tidak hanya para penonton yang menyaksikan langsung di stadion maupun yang melalui televisi berbayar. Ada pula otoritas penyelenggara kompetisi, federasi dan pemerintah yang seharusnya merasa memiliki sepak bola dalam bentuk tanggung jawab memelihara sepak bola tetap tumbuh dan berkembang.

Dalam ruang lingkup yang lebih luas, sepak bola adalah milik berbagai kalangan dari berbagai elemen masyarakat. Anak-anak kecil, misalnya, mereka memiliki sepak bola dalam wujud cita-cita untuk menjadi pemain bintang. Sebagian dari mereka beruntung bisa memupuk cita-citanya lewat pendidikan sepak bola formal di Sekolah Sepak Bola. Sebagian lagi hanya bermain di lapangan atau jalanan dekat rumah. Mereka tetap semangat menghidupkan cita-citanya setiap sore setidaknya sampai adzan magrib berkumandang.

reinaldycbdotcom
sumber: reinaldycb.com

Tidak hanya anak-anak kecil, beranjak ke elemen masyarakat yang lebih dewasa, sepak bola juga milik kaum usia produktif baik laki-laki maupun perempuan. Kalangan ini memang kebanyakan tidak sefanatik suporter yang rela datang ke stadion, akan tetapi perbincangan tentang pertandingan semalam, siapa yang mencetak gol dan pemain yang punya wajah rupawan selalu menjadi penghidup suasana ketika jam makan siang maupun sedang santai bersama. Tentunya masih banyak lagi elemen-elemen masyarakat yang merasa memiliki sepak bola dengan interpretasinya masing-masing.

Pada kesempatan ini, kami ingin bercerita tentang satu kalangan yang ternyata punya sense of belonging cukup tinggi terhadap olah raga sepak bola, yaitu para peneliti dari berbagai disiplin ilmu di banyak Perguruan Tinggi di dunia. Salah satu gambaran yang mencerminkan tingginya sense of belonging tercermin dalam kegiatan yang kami ikuti beberapa waktu lalu yakni World Congress on Science and Football 2015 di University of Copenhagen, Kopenhagen, Denmark.

wcsf2015dotkudotdk
sumber: wcsf2015.ku.dk

**

Tercatat, lebih dari 300 peneliti dari 40 negara turut berpartisipasi dalam acara empat tahunan ini, termasuk perwakilan dari Labbola. Semua peserta mempresentasikan riset dan karyanya baik pada sesi presentasi oral maupun poster.

Peserta WCSF 2015 kebanyakan adalah mahasiswa pasca sarjana, meskipun tidak sedikit juga profesor yang ikut memaparkan hasil risetnya. Para peserta mengimplementasikan disiplin ilmu yang mereka tekuni, baik yang memang berkaitan langsung maupun yang tidak berkaitan langsung dengan olah raga ke dalam perkembangan football pada umumnya, dan sepak bola pada khususnya.

twiter wcsf2015
sumber: @WCSF2015

Terdapat beberapa tema yang dipresentasikan pada WCSF 2015 ini, diantaranya: analisa pertandingan, biomekanik, kesehatan, psikologi serta kepelatihan dan sistem uji. Ada juga materi dengan tema yang jarang dipresentasikan di WCSF sebelumnya, seperti yang disampaikan oleh anggota tim kami, Ratu Tisha, tentang sosial ekonomi sepak bola.

Para peneliti menggunakan keahlian yang mereka miliki untuk menghasilkan sesuatu yang baru di dunia sepak bola. Dengan disiplin ilmu masing-masing, para peserta melakukan riset yang berguna untuk perkembangan sepak bola. Seperti misalnya ahli dari bidang Ilmu Teknologi Informasi membuat sistem rekam digital menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) dan berbagai teknologi lainya untuk melacak pola pergerakan pemain saat latihan maupun bertanding.

Jika kita biasa melihat siaran pertandingan sepakbola, sering kita melihat highlight statistik pemain dilengkapi dengan jarak tempuh (distance covered) pemain tersebut. Itulah salah satu implementasi dari “invasi” teknologi ke sepak bola. Siapa sangka distance covered yang hanya menghasilkan kombinasi 2-3 angka dalam skala kilometer itu memerlukan riset yang kompleks dalam pembuatannya.

caughtoffsidedotcom
sumber: caughtoffside.com

Ada juga materi lintas disiplin ilmu, yang salah satunya bertajuk High Intensity Running Distance (HIRD) yang menjadi tren topik di konferensi kali ini. HIRD merupakan pengembangan dari parameter jarak tempuh yang sudah disebutkan di atas. Sebelumnya jarak tempuh pemain diukur dari semua pergerakannya. Namun dengan teknologi yang lebih lanjut, para ahli teknologi dapat memilah pengkuran jarak tempuh tersebut berdasarkan intensitas larinya. Tidak hanya jarak tempuh, durasi waktu saat melakukan lari intensitas tinggi pun juga dapat dihitung. Data jarak tempuh dan durasi pemain saat melakukan lari pada intensitas tinggi tersebut digunakan oleh para ahli dari fisiologi sebagai salah satu parameter untuk mengukur kelelahan dan kemampuan recovery pemain. Salah satu penelitian terhadap profil aktivitas fisik di Liga Italia Serie A menunjukkan bahwa pemain dalam tim dengan posisi lima teratas di klasemen melakukan aktivitas fisik lebih banyak dibandingkan tim di bawahnya, terutama di paruh pertama pertandingan.

teamtalkdotcom
sumber: teamtalk.com

**

Sebagian besar riset yang dipresentasikan, menggunakan pemain non profesional dan pemain muda dari berbagai kelompok umur sebagai objek penelitian. Bahkan, tidak sedikit yang melakukan riset terhadap para manula di negera tempat mereka menjalani studinya. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa hal, misalnya karena tentu tidak mudah melakukan penelitian pada pemain profesional karena tidak bisa mengatur kondisi dan kegiatan pemain sesuai kebutuhan untuk riset. Para peserta yang melakuan penelitian pada pemain profesional rata-rata adalah mereka yang memang punya afiliasi dengan klub tempat pemain bernaung.

Untuk riset yang bertemakan kesehatan dan kebugaran, sebagian besar menggunakan objek penelitian pemain non profesional dan dari kalangan manula. Mereka yang melakukan riset ingin membuktikan bahwa olah raga sepak bola adalah olah raga yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Diharapkan jika riset yang dilakukan terbukti bermanfaat, masyarakat akan lebih tertarik bermain sepak bola karena riset tersebut dilakukan pada orang yang notabene punya kebiasaan dan pola hidup yang sama, bukan atlet profesional yang pola hidupnya sudah diatur sedemikian rupa.

timesuniondotcom
sumber: timesunion.com

Berbeda dengan riset yang bertemakan teknologi dan analisis pertandingan, riset di bidang ini memilih objek penelitian pada pemain muda dari berbagai kelompok umur karena mereka ingin melakukan pengembangan minat dan bakat yang berjenjang sejak usia dini dengan harapan saat para “kelinci percobaan” ini naik kelas ke tingkat senior, mereka menjadi pemain yang dapat berkompetisi di level tertinggi. Banyak peserta dari ilmu keolahragaan yang melakukan riset tentang metode dan pola latihan yang cocok di setiap jenjang usia dengan tujuan para pemain muda dapat dilatih dengan program yang tepat guna dan tepat sasaran.

Lain halnya dengan peserta dari disiplin ilmu sains dan teknologi. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan alat maupun metode pencatatan statistik aksi serta pergerakan pada pemain muda dengan harapan data yang akan diperoleh nanti dapat digunakan untuk menilai perkembangan pemain tersebut. Usaha-usaha tersebut menyiratkan makna seolah-olah peneliti ingin mengatakan, bahwa untuk “menciptakan” pemain bintang maka diperlukan perlakuan khusus yang harus diaplikasikan kepada calon pemain bintang sejak mereka masih belia.

hkfadotcom
sumber: hkfa.com

Satu hal lagi yang menarik, bahwa apa yang telah dilakukan adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Hasil dari riset langsung diaplikasikan kepada pelaku olah raga sepak bola, baik para pemain profesional, pemain muda dan masyarakat luas. Dari beberapa yang sudah diutarakan, kami dari Labbola berusaha untuk mencontoh bagaimana para peserta WCSF 2015 menunjukan rasa memiliki olah raga sepak bola lewat karya-karya mereka yang bermanfaat untuk perkembangan sepak bola baik sebagai olah raga kesehatan maupun sepak bola sebagai kompetisi.

Kami berharap semua elemen masyarakat yang merasa memiliki sepak bola juga melakukan hal yang sama yaitu sesuatu yang bermanfaat sesuai bidang masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.