Tim Fair Play: Semen Padang Paling Santun, PBR & Persiram Paling Nakal

Bendera Fair Play FIFA sumber: fifa.com
Bendera Fair Play FIFA
sumber: fifa.com

Dalam olahraga, pelanggaran adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Begitu pun dengan sepak bola. Secara universal pelanggaran dalam setiap olahraga berbeda, juga dalam sepak bola. Di sepak bola pelanggaran biasanya dijatuhkan pada pemain yang berusaha menghentikan pergerakan lawan yang cenderung berlebihan di mata wasit. Jika suatu pelanggaran dianggap kelewat kasar di mata wasit, hadiah berupa kartu akan diterima si pelanggar.

Di Liga Super Indonesia (LSI) 2014 lalu, Labbola telah menghimpun hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku para pemain di lapangan. Dari total 227 pertandingan yang digelar di LSI musim lalu, jumlah kartu kuning yang keluar dari saku wasit mencapai 925 kartu, 32 untuk jumlah kartu kuning kedua dan 25 kartu merah langsung. Atau jika dirata-rata 4 kartu kuning dikeluarkan wasit setiap pertandingan. 0,15 kartu kuning kedua per pertandingan dan satu kartu merah keluar setiap 10 pertandingan.

Mengapa Semen Padang dinilai paling santun?

Semen Padang sumber: wikipedia.org
Semen Padang
sumber: wikipedia.org

Dari data yang telah dirinci tersebut, tim Labbola menyepakati gelar tim paling fair dianugerahkan untuk Semen Padang. Kabau Sirah selama satu musim mencatatkan 34 kartu kuning (rata-rata 1,3 kartu kuning setiap pertandingan), sekali kartu kuning kedua dan satu kartu merah. Meski jumlah kartu kuning yang diterima Semen Padang masih lebih banyak ketimbang Barito Putera (30 kali) dan Perseru Serui (33) namun jumlah kartu merah yang lebih sedikitlah yang membuat Tim Urang Awak dinilai lebih santun ketimbang dua tim tersebut. Barito menerima satu kartu kuning kedua dan dua kartu merah langsung. Sementara Perseru empat kali pemainnya dihadiahi kartu kuning kedua.

Jika dilihat dari perspektif pelanggaran rata-rata yang dilakukan setiap pertandingannya, Kabau Sirah sebenarnya tidaklah lebih bagus ketimbang Persebaya (10,9 pelanggaran per pertandingan), Persib (11,82), Persija (12,21), Persepam (12,64), Mitra Kukar (12,69), Barito Putera (13,46) dan Arema (13,54), Semen Padang bahkan melakukan 14,79 pelanggaran setiap satu pertandingan. Namun, kembali lagi pada bahasan awal, hal yang membuat Semen Padang dianugerahi gelar tim dengan tingkah laku tersantun adalah jumlah kartu mereka yang paling sedikit di antara kontestan lain.

Gaya bermain yang diperagakan Kabau Sirah sepanjang musim lalulah yang membuat mereka diganjar penghargaan tersebut. Jafri Sastra musim lalu lebih suka bermain dengan garis pertahanan yang rendah dan tidak begitu gemar melakukan pressing sebelum lawan sampai di garis sepertiga akhir pertahanan mereka. Hal itu meminimalisir jumlah kontak yang dilakukan Semen Padang dengan pemain lawan, sehingga juga menghindari terjadinya pelanggaran. Bahkan satu kartu merah yang diterima Semen Padang didapatkan oleh Hendra Bayauw bukan karena pelanggaran, melainkan karena ia sempat bersitegang dengan pemain Arema, Irsyad Maulana –yang saat ini menjadi rekan satu timnya.

Tim Semen Padang di LSI 2014 sumber: bola.net
Tim Semen Padang di LSI 2014
sumber: bola.net

Untuk personel Semen Padang paling “nakal” adalah Hendra Bayauw dan Yoo Hyun-Goo. Bayauw menerima empat kartu kuning dan satu kartu merah. Sedangkan Yoo diganjar tiga kali kartu kuning dan sekali menerima kartu kuning kedua. Untuk Yoo sendiri hal tersebut dapat dikatakan wajar, karena pemain berpaspor Korea Selatan ini berposisi sebagai gelandang bertahan. Yang tugas utamanya adalah memutus serangan lawan, hadiah kartu adalah konsekuensi atas peran yang ia mainkan.

PBR dan Persiram paling brutal

Perolehan Hukuman Kartu Persiram dan Pelita Bandung Raya di LSI 2014
Perolehan Hukuman Kartu Persiram dan Pelita Bandung Raya di LSI 2014

Jika Semen Padang dianugerahi sebagai tim dengan perilaku paling santun, maka untuk tim paling brutal, gelar itu diperoleh Pelita Bandung Raya (PBR). Semifinalis musim lalu tersebut menerima 65 kartu kuning atau rata-rata 2,4 kartu kuning per pertandingan, tiga kartu kuning kedua dan sekali kartu merah langsung. Dan tim asuhan Dejan Antonic ini melakukan rata-rata 15,91 kali pelanggaran setiap pertandingannya.

Untuk perilaku pemainnya, PBR menempatkan Imam Fathurohman sebagai penerima kartu kuning terbanyak (delapan kali) diikuti oleh bek asal Serbia, Boban Nikolic dengan menerima tujuh kali kartu kuning. Hermawan hadir sebagai pemain penerima kartu kuning kedua terbanyak (dua kali) dan Wildansyah sebagai satu-satunya pemain PBR yang pernah menerima kartu merah langsung.

Jika diperhatikan dari perspektif jumlah pelanggaran per pertandingan maka Persiram Raja Ampat adalah juaranya. Tim yang musim lalu bermarkas di Maguwoharjo rata-rata membuat wasit meniup peluit tanda pelanggaran 18,58 kali, jumlah pelanggaran tersebut yang terkonversi dalam bentuk kartu berjumlah 52 kartu kuning, dua kartu kuning kedua dan dua kartu merah. Lalu diikuti oleh Persita Tangerang sebanyak 18,14 kali per pertandingan dan PSM Makassar dengan rataan 16,82 kali.

Tim Fair Play LSI 2014: Semen Padang klik pada gambar untuk memperbesar
Tim Fair Play LSI 2014: Semen Padang
klik pada gambar untuk memperbesar

***

Musim mendatang format liga yang kembali memakai satu wilayah dan sistem kompetisi penuh serta pergantian pelatih dari Jafri Sastra ke Nil Maizar, mampukah Semen Padang mempertahankan gelar sebagai tim paling fair? Dan di musim yang baru mampukah PBR dan Persiram mereduksi jumlah pelanggaran yang tentunya akan merugikan diri mereka sendiri? Mari kita nantikan bergulirnya LSI 2015.

Oleh Ashiddiq Adha

@kudiak

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.