Evaluasi Performa Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala AFC U-23 2016 Berdasarkan Data Statistik

Kekalahan telak 0-4 dari Korea Selatan mengubur peluang untuk lolos ke putaran final Piala AFC U-23 2015 sumber: batamnews.co.id
Kekalahan telak 0-4 dari Korea Selatan mengubur peluang untuk lolos ke putaran final Piala AFC U-23 2015
sumber: batamnews.co.id

Indonesia dipastikan tidak lolos ke Piala Asia U-23 tahun depan. Kekalahan 0-4 dari Korea Selatan membuat timnas Garuda harus puas berada di peringkat kedua. Peluang untuk lolos sebagai peringkat 2 terbaik pun akhirnya gagal.

Namun, tim ini tidak lantas bubar begitu saja. Masih ada perhelatan akbar se-Asia Tenggara, SEA Games 2015 yang menanti. Pada ajang multicabang yang digelar di Singapura mulai 5 hingga 16 Juni mendatang itu, anak asuh Aji Santoso dicanangkan bisa meraih medali emas. Jadi, persiapan tetap berjalan terus.

Ada baiknya untuk melakukan evaluasi terkait dengan penampilan timnas U-23 di kualifikasi Piala Asia U-23 yang baru saja selesai. Ini penting untuk memberikan masukan agar ada perbaikan bagi tim yang dikapteni oleh Manahati Lestusen tersebut.

Perlu lebih kreatif dalam melakukan serangan
Banyak yang beranggapan bahwa kita diuntungkan berada segrup dengan Timor Leste dan Brunei Darussalam. Benar kita bisa mengalahkan mereka dengan skor 5-0 dan 2-0. Tapi, tentu itu tak diraih dengan mudah. Terlebih dalam laga melawan Brunei, Muchlis Hadining cs kesulitan menembus pertahanan lawan.

Di sinilah kemudian bisa dilihat bahwa timnas U-23 ini punya cukup potensi di sektor serang. Ada tujuh gol yang mampu dicetak dari tiga pertandingan. Jumlah itu diperoleh dengan melakukan 15 kali tembakan ke arah gawang lawan, 25 tendangan meleset, serta ada 16 tendangan yang meleset.

Untuk laga melawan Timor Leste, lima gol yang hadir berasal dari delapan tembakan tepat sasaran. Kemudian melawan Brunei, barisan penyerang kita melakukan tujuh kali tendangan yang tepat sasaran. Selain itu juga melakukan 20 tendangan melenceng dan 10 tendangan yang mampu diblok lawan.

Dari laga melawan Brunei ini sangat jelas bahwa timnas melakukan banyak percobaan tendangan, terutama dari luar kotak penalti. Hal ini karena Brunei memasang garis pertahanan rendah yang menyulitkan pemain kita sulit menembus pertahanan lawan. Kreativitas masih kurang dalam hal membongkar pertahanan lawan yang bertahan total.

Aji Santoso perlu memikirkan skema lain selain memaksimalkan serangan dari sayap dan percobaan tendangan dari luar kotak ketika penyerangnya kesulitan menembus pertahanan lawan. Ini penting karena pada SEA Games mendatang kita kemungkinan kembali bertemu dengan Brunei, Timor Leste, dan negara Asia Tenggara lain yang disiplin dalam bertahan dan memilih untuk menunggu Indonesia mengambil inisiatif serangan.

Dominan saat melawan tim yang level permainannya masih di bawah sumber: bola.viva.co.id
Dominan saat melawan tim yang level permainannya masih di bawah
sumber: bola.viva.co.id

Organisasi permainan belum terbentuk
Selain pada serangan, organisasi permainan belum sepenuhnya terbentuk. Hal ini nampak pada pertandingan melawan Korea Selatan. Menghadapi lawan yang tangguh, permainan Manahati dan kawan-kawan didikte oleh lawan.

Terus-menerus digempur dengan tempo cepat dan ketika menguasai bola langsung ditekan dengan pressing tinggi. Bagi pemain bertahan, hal ini membuat mereka kelelahan. Sementara ketika pemain mulai menguasai bola, pemain kebingungan untuk mengalirkan bola.

Hal ini berakibat pada minimnya serangan yang bisa dihasilkan. Hanya ada dua percobaan tendangan dan keduanya melenceng. Jumlah umpan juga minim. Hanya melakukan 357 umpan dengan akurasi 77% di mana 276 umpan tepat sasaran dan sisanya gagal menemui rekannya.

Jumlah tersebut jauh jika dibandingkan dua pertandingan sebelumnya. Kala melawan Timor Leste, timnas sempat melakukan 522 umpan dengan akurasi 84,6%. Lalu di laga kedua, 585 umpan dilepaskan dengan akurasi 83,9%.

Benar jika Korea Selatan lebih baik organisasi permainannya jika dibandingkan dengan dua lawan. Tapi, untuk prestasi Indonesia memang perlu mensejajarkan diri dengan tim yang berada di level atas, seperti dengan Korea Selatan. Di SEA Games nanti, Indonesia juga akan bertemu dengan Thailand, Singapura, Malaysia, maupun Vietnam yang organisasi permainannya lebih baik dibanding Brunei Darussalam dan Timor Leste.

Evaluasi menyeluruh sebelum turun di SEA Games 2015, Juni mendatang sumber: liputan6.com
Evaluasi menyeluruh sebelum turun di SEA Games 2015, Juni mendatang
sumber: liputan6.com

Jika ingin meraih medali emas tentu perbaikan ini harus dilakukan. Transisi dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya perlu betul-betul dilatih agar pemain tak kebingungan ketika mulai menguasai bola. Berani mengambil inisiatif mengatur tempo permainan juga sangat penting, ini karena fisik pemain tak bisa untuk bermain cepat selama 90 menit. Seperti ketika melawan Korea Selatan, tiga gol terjadi ketika pemain sudah kelelahan akibat diforsir sejak menit pertama.

Muchlis dan Adam Alis menyita perhatian
Penampilan timnas U-23 perlu diakui sempat menyita perhatian dari publik pencinta sepak bola tanah air. Harapan untuk bisa lolos sempat meninggi ketika mampu menang di dua laga dengan cukup meyakinkan. Dari rangkaian tiga pertandingan ini ada dua pemain yang cukup menyita permainan.

Munchlis Hadi Ning Syaifulloh jelas layak dikedepankan sebagai yang terbaik di ajang kualifikasi Piala Asia U-23 ini. Di tiga pertandingan, Muchlis mampu mencetak dua gol dan empat assist. Catatan tersebut tentu mengesankan. Dia juga penyerang yang paling banyak mengancam gawang lawan dengan delapan percobaan tembakan di mana tiga di antaranya tepat sasaran, dua melenceng, serta satu diblok.

Mantan penyerang timnas U-19 ini juga menjadi game changer ketika mulai masuk di tengah-tengah pertandingan. Dalam laga menghadapi Brunei Darussalam, Muchlis baru masuk di babak kedua. Dengan masuknya Muchlis serangan timnas lebih hidup. Terbukti dua gol tercipta yang merupakan kontribusinya. Pertama assist-nya pada Ahmad Nufiandani dan yang kedua dia mencetak gol melalui sundulan memanfaatkan umpan Antoni Putro.

Pemain kedua yang cukup menyita perhatian adalah gelandang enerjik, Adam Alis. Pemain yang kini memperkuat Persija Jakarta ini menorehkan masing-masing satu gol dan satu assist. Dia juga selalu jadi pilahan pertama timnas U-23. Aji Santoso tak keliru untuk memilihnya karena dia aktif baik saat menyerang maupun bertahan.

Adam Alis melepaskan 151 operan sukses dan 34 gagal. Dia sempat melakukan delapan percobaan tembakan dengan satu tepat sasaran, empat meleset, serta tiga diblok. Adam juga membuat tiga umpan silang sukses dan delapan gagal. Untuk urusan membawa bola dia cukup ahli dengan tujuh kali dribel sukses dan dua kali gagal. Aksi bertahannya juga lumayan dua kali memotong bola dan tiga sapuan.

Rekapitulasi Statistik Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala AFC U-23 2016 klik pada gambar untuk memperbesar
Rekapitulasi Statistik Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala AFC U-23 2016
klik pada gambar untuk memperbesar

***

Melihat rekam jejak timnas U-23 perlu disikapi dengan bijak. Di satu sisi kita memang kecewa dengan gagal lolosnya anak asuh Aji Santoso. Tapi, tentu tidak dengan menghakimi bahwa Aji harus dipecat. SEA Games sudah sangat dekat hanya sekitar dua bulan lagi dimulai. Terlalu riskan untuk memulainya dari awal. Tim ini punya potensi dan sebagian sudah ditunjukkan. Dengan polesan yang tepat tim ini bisa meraih prestasi di Singapura bulan Juni mendatang.

Oleh Sirajudin Hasbi

@hasbisy

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.