Ki Sung-Yueng dan Son Heung-Min, Siapakah Pewaris Sah Park Ji-Sung?

14 Juni 2002, Incheon Munhak Stadium, pertandingan lanjutan babak penyisihan Grup D Piala Dunia 2002 mempertemukan tuan rumah Korea Selatan berhadapan dengan generasi emas Portugal yang berisikan Luis Figo, Pedro Pauleta, Rui Costa dan Sergio Conceicao di fase grup. Pertandingan berjalan alot, kedua tim saling menyerang silih berganti. Keduanya sangat membutuhkan kemenangan, Korea Selatan ingin memastikan diri sebagai juara grup agar bisa menghadapi lawan yang lebih mudah di fase gugur, sementara Portugal wajib menang agar bisa lolos ke babak 16 besar sekaligus menggeser Amerika Serikat yang berbeda selisih satu poin di peringkat kedua.

Setelah bermain dengan skor kacamata di babak pertama, kedua tim masih kesulitan untuk membongkar pertahanan lawan. Hingga pertengahan babak kedua, banyak yang menyangka bahwa pertandingan akan berakhir imbang, hingga pada menit 70, momen ajaib itu terjadi.

Menerima umpan silang dari Lee Young-Pyo dari sisi kanan pertahanan Portugal, Park Ji-Sung mengontrol bola dengan dada lalu melakukan sebuah flip untuk mengecoh Conceicao. Park kemudian melepaskan tendangan voli kaki kiri yang meluncur deras di sela kaki penjaga gawang Vitor Baia, sebelum akhirnya menggetarkan gawang Portugal. Sebuah gol indah yang bahkan membuat Presidan Korea Selatan saat itu Kim Dae-Jung kegirangan.

Park Ji Sung's Outstanding Goal Against Portugal Source: londonkoreanlinks.net
Park Ji Sung Merayakan Golnya ke Gawang Portugal di Piala Dunia 2002
Source: londonkoreanlinks.net

Gol itu menjadi satu-satunya gol, yang terjadi pada pertandingan tersebut. Korea Selatan menjadi Juara Grup, dan Portugal harus kembali mengubur mimpinya dan kembali ke Lisbon lebih awal.

Kejutan Park Ji-Sung tidak hanya sampai di sana. Pada Piala Dunia yang pertama kali diadakan di Asia tersebut, Park dan Korea Selatan berhasil mengandaskan dua kekuatan sepak bola dunia, yakni Italia dan Spanyol di babak 16 Besar dan perempatfinal. Sampai akhirnya laju Korea Selatan terhenti di semifinal setelah dikalahkan Jerman dengan skor tipis 1-0.

Setelah turnamen usai, nama gelandang enerjik kelahiran Goheung, distrik Jeollanam ini semakin menggema. Performanya di Liga Champions Eropa bersama PSV Eindhoven juga tidak kalah mengesankan. Yang paling diingat tentunya saat PSV bertemu AC Milan di leg ke-2 semifinal edisi 2004-2005. Di pertandingan tersebut Park mencetak satu gol yang hampir saja meloloskan PSV ke partai puncak.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Juli 2005, Salah satu tim tersukses Inggris, Manchester United (MU), memboyong Park dari PSV dengan dana transfer sebesar 4 Juta Pounds. Bergabungnya Park ke skuat Sir Alex Ferguson merupakan momen global bagi sepak bola Asia. Selama 7 musim berkarir di MU, Park ikut andil dalam mempersembahkan 4 gelar Liga Inggris, 4 Piala Liga, 4 Community Shield dan 1 gelar Liga Champions, yang menjadikan Park sebagai pesepakbola Asia pertama yang mengangkat trofi kejuaraan antarklub tertinggi Eropa tersebut.

First Asian to Lift the Champions League Trophy source: sgforums.net
Pemain Asia Pertama yang Mengangkat Trofi Liga Champions Eropa
source: sgforums.net

Sejak memulai debutnya untuk Tim Nasional Korea Selatan pada Olimpiade Sydney tahun 2000, Park menorehkan 100 caps dengan 13 gol. Rekor tersebut membuatnya mengikuti jejak Hong Myung-Bo, yang telah mencapai 100 caps sebelumnya. Pada 31 Januari 2011, Park memutuskan untuk pensiun dari sepak bola internasional, sekaligus meletakkan jabatan kapten tim Daehan Minguk yang ia emban selama 4 tahun.

Beberapa tahun berselang setelah ditinggal Park, performa Korea Selatan seperti kapal yang melaju tanpa arah. Tim Ginseng mulai tampil tidak seimpresif biasanya, meskipun sempat meraih medali perunggu di Piala Asia 2011 dan bermain cukup baik di Olimpiade London 2012. Pada pergelaran Piala Dunia Brasil 2014, semifinalis edisi 2002 ini secara mengenaskan tersisih di fase grup, bahkan menjadi juru kunci.

Ketika Jepang, yang merupakan rival sepak bola terbesar Korea Selatan, mulai memunculkan pemain-pemain berbakat seperti Shinji Kagawa, Keisuke Honda dan Yuto Nagatomo, Korea Selatan tampak kehabisan stok pemain bintang.

Belum lama ini, harapan untuk mengembalikan kejayaan sepak bola Korea Selatan kembali muncul. Adalah kapten tim Korea Selatan saat ini Ki Sung-Yueng dan ‘Cristiano Ronaldo-nya Asia’, Son Heung-Min yang dianggap mampu meneruskan kejayaan Three Lungs Park yang fenomenal.

Ki Sung Yueng, Tipe Gelandang Asia Yang Jarang Ada

Ki Sung-yueng source: koreanjoongangdaily.joins.com
Ki Sung-yueng
source: koreanjoongangdaily.joins.com

Secara penampakan umum, gelandang asal Asia terkenal enerjik, memiliki pergerakan cepat, dan semangat pantang menyerah. Tetapi Ki adalah tipe pemain yang berbeda. Sejak memulai debut tim nasional pada Kualifikasi Piala Dunia 2010, tepatnya pada 7 Juni 2008, Ki dikenal sebagai pemain yang memiliki visi, long-range pass yang akurat, dan juga piawai mengambil tendang bebas.

Passing adalah senjata utama pemain kelahiran 24 Januari 1989 ini, seperti yang dilansir whoscored.com rataan passing sukses Ki adalah 89,9%, lebih tinggi dibandingkan Kapten Jepang yang berposisi sama dengan Ki, Makoto Hasebe, yang memiliki rataan passing sukses 76% per pertandingan. Selain itu, Ki juga mencatat rata-rata 56,8 passing dalam setiap pertandingannya. Penampilan Ki jugalah yang membuat klubnya saat ini, Swansea City selalu tampil mengejutkan di Liga Inggris.

Salah satu penampilan terbaik Ki bagi Korea Selatan adalah di babak perempat-final Olimpiade London 2012. Melawan tuan rumah Britania Raya, Ki berhasil meredam pergerakan Aaron Ramsey, dan juga berhasil menuntaskan tugasnya sebagai penendang penentu pada babak adu penalti. Sebuah sepakan keras ke sudut kiri atas gawang Jack Butland mengubur impian Britania Raya lolos ke babak selanjutnya.

Kini Ki menjabat sebagai kapten tim Korea Selatan setelah Uli Stielke mengambil alih posisi pelatih dari Hong Myung-Bo pada September 2014.

Son Heung-Min, Cristiano Ronaldo dari Asia

Son Heung-min source: heraldsun.co.au
Son Heung-min
source: heraldsun.co.au

Dribbling penuh teknik, cut inside ke kotak penalti, dilanjut dengan tendangan keras merupakan ciri khas dari pemain terbaik dunia 2014, Cristiano Ronaldo. Trademark tersebut juga merupakan ciri yang dimiliki oleh Son Heung-Min, bintang Korea Selatan yang saat ini bermain untuk klub Jerman, Bayern Leverkusen.

Penyerang sayap kelahiran Gangwon pada 8 Juli 1992 ini terkenal dengan dribbling dan kecepatannya. Pada Piala Dunia 2014 lalu saja, Sonny, sebagaimana ia biasa disapa, merupakan pemain dengan dribble sukses terbanyak, yaitu 9 kali. Ia juga mencetak 1 gol ke gawang Aljazair. Setelah melepaskan diri dari penjagaan bek Aljazair, Son melepaskan tendangan kaki kiri yang meluncur deras ke gawang Rais Mbolhi. Sayang, gol tersebut tidak dapat membantu Korea Selatan lolos ke babak selanjutnya.

Di saluran resmi Bundesliga di situs Youtube, terdapat rangkuman 5 gol terbaik Son. Di video tersebut, tampak dribbling dan kecepatan yang dimiliki Sontastic adalah sesuatu yang impresif, termasuk bagaimana dirinya mencetak gol ke gawang Borussia Dortmund, setelah berlari kencang lalu melepaskan left-foot strike ke gawang Roman Weidenfeller. Wajah imut dan tampan yang dimiliki oleh Son layaknya personel boyband asal Korea Selatan juga merupakan nilai tersendiri yang membuatnya dikagumi kaum hawa.

Berbeda dengan peran di Leverkusen sebagai penyerang sayap, sejak memulai debut pada 7 Oktober 2011 di Tim Nasional Korea Selatan, Son ditempatkan sebagai striker tunggal.

***

Ki dan Son jelas punya posisi, ciri khas, dan gaya bermain yang berbeda. Namun kedua pemain tersebut berpotensi menjadi pewaris prestasi dan kebintangan Park Ji-Sung. Son bermain di posisi yang kurang-lebih sama dengan Park. Ia juga memiliki determinasi dan work rate yang sebanding dengan Park. Sementara Ki memiliki popularitas yang lebih tinggi di Korea Selatan ketimbang Son. Selain itu, Ki merupakan penerima estafet kepemimpinan sebagai kapten Tim Nasional.

Ki and Son, the Future of South Korean Football source: iamkoream.com
Ki and Son, the Future of South Korean Football
source: iamkoream.com

Keduanya mengemban tugas untuk mengembalikan kejayaan Korea Selatan seperti pendahulunya. Bukan tidak mungkin kedua pemain tersebut dapat melampaui prestasi Park. Target terdekat adalah final Piala Asia pada Sabtu, 31 Januari mendatang, ajang yang tidak pernah Park menangkan sampai dirinya pensiun sekalipun. Kita tunggu saja aksi-aksi Ki dan Son bersama prajurit Taeguk lainnya di partai puncak Piala Asia 2015.

Daehan Minguk! Clap! Clap! Clap!

Ditulis oleh Aun Rahman
@aunrrahman
http://aunrahman.tumblr.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.